Snack's 1967
Home
Versi Mobile
Tentang Aku
Buku Tamu
Site Map

Home »

» Naskah, Cerita Humor, Cerita Lucu, Cerpen, Carpon Bahasa Sunda, E-Book Online, Novel, Cerita Misteri, Cerita Horor, Kisah Nyata, Sejarah, Asal Usul, dll


» Hari: Saturday | Tanggal: 11/05/2024 | Jam: 12:39:07
»
» Di lihat : ( 56065 ) kali

Mohon ratingnya sobat


Kisah Misteri - Kisah Nyata - 4 Tahun Tinggal Di Rumah Hantu Bag. 7
Di tulus pada: 13 Jan 2016 - 15:41:01
Oleh : Elang

Kisah Misteri - Kisah Nyata - 4 Tahun Tinggal Di Rumah Hantu Bag. 7

Bergantian ane dan istri ane menggendong si kecil, tapi tetap saja anak kami terus menangis sambil menunjuk-nunjuk ke sudut ruang belakang. Ia terus menangis. Ane memandang ke sudut ruang belakang, berharap melihat keganjilan ataupun penampakan setan yang telah membuat anak ane menangis. Tapi hanya gelap, pekat. Tidak ada apa-apa di sana. Kemudian, dengan mengasumsikan bahwa di depan ane terdapat sesuatu makhluk ataupun hantu yang nggak bisa Ane lihat, Ane keluarkan kalimat-kalimat seperti seseorang yang sedang berbicara dengan orang lain, ini sering Ane lakukan dan biasanya anak Ane kembali tenang.
“Tolong jangan ganggu anak Saya ”
“Tolong pergi dari sini”
Tetap nggak ada reaksi apa-apa. Anak Ane masih menangis. Istri ane yang menggendong si kecil nampak kelelahan. Lalu istri ane secara spontan membacakan ayat-ayat alqur’an. Si kecil terdiam, berhenti menangis. Entah berhenti menangis karena sudah capek atau memang sang pengganggu sudah pergi. Kami pun lega. Ane ajak istri ane masuk kamar utama untuk ketenangan. Tapi baru saja kami buka pintu, terdengar air mengalir dari kran kamar mandi tamu di arah depan. Istri ane ketakutan. Beberapa saat setelah itu lampu ruang tengah dan lruang tamu tiba-tiba padam.
Kami tetap masuk ke dalam kamar. “Tenang aja Ma, nggak usah Takut.” Ane coba menenangkan istri ane walaupun sebenarnya ane sendiri juga takut. Takut kalau hantu- hantu itu marah dan sengaja membuat ulah karena kedatangan tiga paranormal tadi sore. Hingga hampir tengah malam ane nggak tidur. Suara air mengalir dari kran masih terdengar, suara yang nggak seberapa keras tapi seakan memekakan telinga ane. Jarak antara kamar mandi tamu dengan kamar utama kami sekitar sepuluh meter tapi suara aliran kran sungguh sangat mengganggu. Air itu akan terus mengalir sebelum tabung penampungan air di atas habis. “Ini tak bisa dibiarkan” gerutu Ane dalam hati, kesal. Lalu Ane bangkit dan bermaksud mematikan kran di depan, melewati gelap ruang tengah. Ane coba tekan stop kontak untuk menyalakan lampu, tapi lampu tetap padam dan nggak mau nyala. “Berarti cuma kebetulan lampu ini konslet…” bisik ane dalam hati. Lalu Ane menuju Kamar mandi dan mematikan kran itu. Sepanjang ane melewati ruang depan dan ruang tengah, bulu kuduk ane merinding dan setiap gerakan ane seolah ada yang memperhatikan ane. Terdengar suara berderap gaduh, seperti suara ramai bocah- bocah yang sedang kejar-kejaran, berlarian menjauhi ruang tamu. Di luar terdengar anjing melolong
dengan suara yang nyaring, membuat bulu kuduk Ane berdiri. Ane singkap gorden jendela depan, berusaha melihat ke luar rumah. Sepi senyap. hanya suara lolong anjing yang semakin lama semakin memilukan, lirih, dan hilang. Ane merasa banyak mata yang memperhatikan Ane, ane merasa diawasi. Ane merasa sia-sia dengan memanggil ketiga Paranormal yang datang sore tadi. Antara marah, sedih dan kalut. Entah berapa paranormal yang pernah kami panggil untuk mengusir hantu- hantu itu. Pada kenyataannya selalu manjur di depan saja, dan hantu tetap meneror kami kembali. Yang terjadi malam ini lebih parah, di luar dugaan.
Para hantu seperti ngamuk dan tidak terima. Beberapa hari kemudian Ane mendapat saran
bahwa untuk mengusir hantu, harusnya dengan bantuan orang pintar setempat atau orang pintar yang asli kelahiran daerah dimana terdapat ancaman hantu tersebut. didapatlah nama- nama orang pintar, orang pintar asli kelahiran daerah sini. Suatu sore, Ane bersama anak dan istri, sedang berada di rumah salah satu sesepuh tempat kami tinggal, namanya Pak Maih. rata-rata orang di sini mengenal nama Pak Maih. Orangnya sudah cukup berumur tua tapi masih nampak gurat semangatnya. Selesai Shalat, Pak Maih membacakan doa- doa panjang. Mulutnya komat-kamit dengan mata terpejam.
“Kenapa kamu ganggu keluarga ini?” begitu suara yang keluar dari mulut pak Maih yang kemudian dijawab sendiri dengan suara yang kali ini lebih berat dan serak.”Itu memang rumah tempat kami tinggal, apa salah kami?” demikian suara serak itu menjawab.
“Ya sudah, kamu dan teman-temanmu pindah dari sana” suara asli pak Maih.
“Siapa yang lebih dulu di sana? kami lahir dan besar di sana” demikian kira-kira sedikit percakapan monolog yang terjadi antara Pak Maih dengan “dirinya” sendiri. Intinya, para hantu itu nggak mau dipindah Gan. Kamipun hanya bisa pasrah. Lalu pak Maih bicara pada kami agar tidak lagi memindah atau mengusir makhluk-makhluk halus yang ada di rumah kami.
“Dipindahkan kemanapun, diusir kemanapun,
mereka akan tetap kembali, entah untuk beberapa saat, entah untuk selamanya” kami diam. pak Maih melanjutkan bicara
“Ibarat tanah kelahiran kita, kemanapun kita merantau pergi, suatu saat akan rindu dan pulang lagi sekedar menengok atau kembali pulang ke rumah tempat kelahiran kita.” Akhirnya kami pulang dengan perasaan lebih plong. Lega rasanya. biarlah hantu-hantu itu tetap datang-datang lagi nggak apa-apa, toh Pak Maih sudah berusaha mengungsikan mereka ke tempat yang jauh. kamipun bertekad untuk nggak peduli jika sewaktu- waktu para setan itu mendatangi rumah kami
lagi. Kami bertekad, biarlah hantu-hantu itu tetap tinggal di rumag kami, yang penting kami tidak diganggu. Memang selama ini kami sangat ingin mengusir keberadaan mereka, ternyata malah nggak seperti harapan kami. Pada kenyataannya Omongan Pak Maih terjadi juga. Belum genap satu bulan sejak komunikasi kami dengan Pak Maih yang telah mengungsikan para hantu dengan damai, hantu-hantu laknat itu mulai bermunculan kembali. Suatu malam, kebetulan Ibu mertua sudah bersama kami lagi, Beliau sengaja datang dari Jawa timur karena kangen pada cucu
dan kasihan setelah mendengar cerita kami. Malam itu seperti biasa ane mengerjakan tugas-tugas dari kantor. Ohya Gan, ibu mertua ane ini tidur di kamar tengah yang ada jendela persis bersebelahan dengan ruang tempat ane biasa main komputer. Jadi dari jendela itu, bila kita berada di dalam kamar ini akan dapat melihat jelas keadaan ruang tengah. Tentunya bisa juga melihat siapapun yang sedang ngetik atau browsing di depan komputer di ruang tengah. Ibu mertua ane ini tiba-tiba lemas dan membiru. kami panik, tapi ane mahfum dengan apa yg mungkin telah terjadi. Siangnya Ibu mertua cerita kepada ane, pada ane sendiri. Kata ibu, setiap malam setiap ane duduk di depan komputer, ibu mertua juga melihat ane sedang mondar- mandir di ruang tengah. Bahkan tadi malam sosok yang menyerupai Ane masuk ke dalam
kamar ibu Mertua ane sambil menatap tajam ibu mertua ane, Lalu membentak “Kamu pulang atau mati!” Ya. itu yang diucapkan sosok yang menyerupai ane persis, sambil tetap melotot. Akhirnya, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka Ane setuju saja saat Ibu mertua Ane pulang sehari setelah adanya teror itu.

(Bersambung...)

*****


Semoga bermanfaat.

Bagikan:
F T G 0 Rate upStar


Terima kasih telah membaca Kisah Misteri - Kisah Nyata - 4 Tahun Tinggal Di Rumah Hantu Bag. 7

Tags Kisah Misteri - Kisah Nyata - 4 Tahun Tinggal Di R
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk artikel Kisah Misteri - Kisah Nyata - 4 Tahun Tinggal Di Rumah Hantu Bag. 7
Elang Dan Icha Elang Dan Icha Elang Dan Icha