XtGem Forum catalog
Home
Versi Mobile
Tentang Aku
Buku Tamu
Site Map

Home »

» Naskah, Cerita Humor, Cerita Lucu, Cerpen, Carpon Bahasa Sunda, E-Book Online, Novel, Cerita Misteri, Cerita Horor, Kisah Nyata, Sejarah, Asal Usul, dll


» Hari: Sunday | Tanggal: 12/05/2024 | Jam: 09:36:07
»
» Di lihat : ( 56074 ) kali

Mohon ratingnya sobat


Kisah Misteri - Kisah Nyata - 4 Tahun Tinggal Di Rumah Hantu Bag. 8
Di tulus pada: 14 Jan 2016 - 07:46:02
Oleh : Elang

Kisah Misteri - Kisah Nyata - 4 Tahun Tinggal Di Rumah Hantu Bag. 8

Kepulangan Ibu mertua Ane ke Jawa timur cukup membuat istri ane agak terguncang. Baru saja sedikit lega bisa menikmati hidup dalam kenyamanan bersama Ibu, kini harus kehilangan lagi, meski hanya untuk sementara saja. Tapi Ane tahu, hal itu sangat berpengaruh pada ketegaran istri Ane. Tak terasa dua tahun lebih lamanya, anak kami tumbuh menjadi anak yang sehat dengan kulit putih dan sorot mata tajam. Dia memiliki daya penglihatan ‘lebih’. Ia sering mengerti apa yang sedang terjadi di hadapannya. Mungkin karena terbiasa melihat kerumunan hantu, si kecil jagoan kami menjadi peka pada barang-barang yang kasat mata. Tempo hari istri Ane sempat bercerita, dia bersama anak kami, menyetrika pakaian di Kamar pembantu. Pada saat istri ane asyik menyetrika, anak ane jalan-jalan sendiri keluar masuk kamar, kadang jalan, kadang dia berlari-lari kecil. Mungkin sudah capek, anak ane masuk lagi menemani ibunya. “Capek ya Ma..?” Tanya sikecil. “Iya nak..” Istri Ane menjawab sambil lalu, sekenanya saja. Lalu Anak ane nyeletuk dengan berkata “Ma.. Mama.. kenapa nggak minta bantu mbak itu saja?” begitu celoteh sikecil dengan suara cadelnya, sambil tangannya menggelayut ke tubuh ibunya.
“Gimana?” Tanya istri Ane kurang faham. Anak ane lalu menunjuk
ke tembok kamar sambil berkata “Itu Ma.. Kenapa nggak minta gosokin mbak itu saja?” Istri ane bergidik mendengarnya. Ia memandang ke arah depan tempat yang ditunjuk oleh anak kami. Bulu kuduknya semakin merinding, tapi ia tetap tabah. Meskipun untuk hal-hal yang kasatmata ini istri ane kurang peka dan kadang tidak bisa merasakan kehadiran makhluk halus, tapi dia termasuk pemberani untuk ukuran keberanian seorang perempuan. Kadang- kadang kalau Ane sedang dihinggapi rasa takut yang sangat, justru istri Ane lah yang seakan lebih menjadi berani dari Ane. dia bisa menjadi seorang Hero bila teman di sampingnya berubah menjadi lemah. Beberapa anak tetangga teman bermain anak kami, sering datang ke rumah. usia mereka sebaya dengan usia anak kami. Memang menginjak usia hampir empat tahunan ini si kecil sengaja kami ajarkan untuk bersosialisasi dengan orang lain, minimal dengan teman sebayanya. Tapi sayangnya setiap kali teman-temannya bermain ke rumah, salah satu dari mereka pasti ada yang ketakutan dan cepat-cepat menjauh pergi. Jawaban anak-anak kecil itu selalu dengan menirukan gerakan loncat- loncat kecil seperti gerakan vampir dalam film china. Ach, tidak. Lebih mirip gerakan pocongkkkkkkkkkkkk yang meloncat-loncat kecil. Akhirnya istri Ane lah yang lebih sering mengantar bermain anaknya ke rumah tetangga, daripada mendapati hal kejadian yang aneh. Suatu hari, Ane belikan dia mainan Kolam renang dari karet seperti yang banyak dijual di pinggir jalan. Ane bahagia sekali melihat anak ane gembira. Paling tidak, ibunya tidak lebih tegang lagi. Pernah di suatu kesempatan anak kami berenang sendiri di dalam kolam renang plastik itu. Tak lama anak kami bermain air, tiba-tiba anak Ane kelihatan sangat pucat dan suhu badannnya panas tinggi, bahkan lama-lama seperti membiru. Tiga hari anak kami diopname di Rumah sakit Simpangan Depok. Hampir setiap waktu anak kami berteriak meminta pulang, sementara obat-obat dari dokter yang diberikan tak kunjung menurunkan panas tubuhnya. Anak kami selalu meminta di bawa ke luar ruangan sambil memanggil-manggil namanya sendiri. “Pijar… pijar…” begitu selalu yang diucapkan anak kami. Pada hari kedua, seorang bocah pengunjung Rumah sakit yang kebetulan lewat bersama ibunya didepan kami, ketakutan dan lalu berlindung pada ibunya.
Mukanya langsung disembunyikan ke baju ibunya. Bocah ini ternyata Indigo yang bisa melihat secara langsung pemandangan kasat mata di hadapannya.
“Takut Bu, Nenek itu.. Bu…” begitu kata si bocah. Ibunya lalu menjelaskan pada kami perihal anaknya itu. Rupanya si bocah melihat ‘seorang’ nenek-nenek dengan wajah
yang sangat buruk terus memegangi tangan anak ane.
Ane yang sedang berusaha menenangkan anak ane yang rewel itupun langsung membaca doa-doa. Ibu-ibu yang lain membacakan ayat-ayat suci ke dalam gelas, lalu air itu diminumkan pada anak Ane. Anak ane sedikit tenang, tapi selang satu jam kemudian anak Ane rewel lagi sambil terus memanggil-manggil namanya sendiri. Suaranya bergema, terdengar agak lain dengan suara anak ane dalam kesehariannya. Secara logika, tidak mungki seseorang akan memanggil-manggil namanya sendiri bila dalam kondisi yang sadar. Ane seperti tersadar bahwa adanya anak Ane memanggil-manggil namanya sendiri adalah bukan kemauan anak
Ane. Seorang pengunjung lain memanggilkan tetangganya yang biasa menangani anak yang ketempelan setan, jurig, atau Hantu, namanya Pak Nano. Dengan bantuan pak Nano inilah, akhirnya anak kami bisa sehat lagi dan panasnya normal kembali. “Anak bapak memang ada yang mengikuti” Begitu penjelasan Pak Nano. Selanjutnya Pak Nano membacakan doa-doa dengan tanpa suara, hanya mulutnya saja yang nampak komat- kamit. Sampai menjelang Isya Pak Nano bersama kami, menjaga anak kami agar tidak didatangi Nenek-nenek buruk rupa itu lagi. Dan memang, nenek-nenek itu tak lagi datang ke Rumah sakit lagi ke
tempat anak kami dirawat. Nenek-nenek itu kembali ke “rumah”nya, di rumah Kami. Semenjak kejadian itu, anak kami menjadi hyperaktif, nakal dan suka usil pada temannya. Karena rewel dan sering mengusili
teman-temannya ini, lama-lama kami jengah
juga. Berbagai referensi dari Internet, koran maupun saran teman Ane lahap. Ane mencari referensi tentang penyembuhan anak hyperaktif. Hingga pada sebuah Rumah sakit di Kelapadua, kami menemukan seorang Psikolog, namanya Pak Rahmat. Kami sering berkonsultasi dengan beliau. Beliau jugalah yang banyak memberikan tips-tips dan berbagai cara penanganan untuk anak yang hyperaktif. Dari seringnya Konsultasi ini, Kami menjadi dekat dengan Pak Rahmat, hingga ada apa-apa yang menyangkut kenakalan anak, selalu Ane konsultasikan padanya. Suatu ketika Ane mendapat telpon dari Pak Rahmat yang akan memberikan cara terapy anak hyperaktif.
“Bisa Bapak datang ke rumah Saya?” kata suara di telepon.
“OK. Jam berapa Pak?” Jawab ane.
“Nanti Jam 9 malam.” kembali suara Pak Rahmat.
“Nggak bisa siang saja Pak?” Tanya Ane, tapi jawaban Pak Rahmat tetap seperti semula, kami disuruh datang Jam 9 malam. Hujan baru saja berhenti mengguyur langit Cimanggis ketika jam
di dinding menunjukkan pukul delapan malam. Bau harum tanah yang terkena air menyebarkan aroma yang sedap. Mencium aroma ini Ane teringat dulu waktu di kampung suka memakan makanan Ampoh, makanan kegemaran nenek Ane dulu. Kami bersiap- siap berangkat menuju ke Alamat Rumah Pak Rahmat, agak jauh dari rumah ane. Sikecil digendong istri ane, keduanya dengan
jaket tebal untuk menahan dingin udara malam. Sampai di tengah perjalanan motor Ane mogok, tanpa sebab apa-apa. Sudah ane cek semua normal. Akhirnya kami berhenti di sebuah tempat dan baru melanjutkan perjalanan 30 menit kemudian. Tanpa bantuan siapapun, motor ane kembali bisa dihidupkan. Sampai di mulut Kampung tempat tinggal pak Rahmat, Ane hubungi nomor telponnya. Lama tidak ada jawaban. Ane panggil lagi, tetap tak ada jawaban, bahkan nomor itu tidak aktif. Kami telusuri alamat yang pernah diberikan Pak Rahmat. sekitar Jam 10 malam Ane coba telpon lagi, baru ada jawaban. “Ya pak, Saya tunggu” Kata pak Rahmat di telpon. Suasana mendadak terasa dingin, kiri dan kanan jalan hanya tampak rumah-rumah yang sudah mulai tutup jendela. Suara lolong
anjing tiba-tiba menyentak perasaan Ane. Kami mulai merasa nggak enak. Tapi perasaan itu Ane tepis dan melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan, terlihat orang- orang berlalu lalang dalam diam. semua diam. Kami berhenti, lalu seorang Ojek menghampiri kami, ojek ini mengenal Pak Rahmat dan mengantarkan kami. Rumah pak Rahmat sederhana dengan pelataran parkir yang cukup luas. di depannya berjajar pot-pot dengan tumbuh-tumbuhan berbagai jenis. Termasuk pohon bunga
melati yang harum wanginya langsung tercium hidung ane, agak menyengat. Setelah memarkir motor, Ane menggendong si kecil sementara Istri Ane mengikuti di belakang. Nggak lama kami menunggu, Pak Rahmat muncul dari dalam dengan pakaian putih- putih, bersama istrinya. Lalu pak Rahmat memperkenalkan istrinya. “Ini istri saya, Markonah” demikian pak Rahmat memperkenalkan diri. Setelah kami berbasa-basi sebentar, pak Rahmat masuk kembali ke dalam rumah, dan keluar kembali sambil menenteng sebuah buku besar. Buku yang sangat tebal tapi nampak sudah kumal. Ane nggak sempat menanyakan kenapa bukunya sudah nampak kumal
begitu. setelah banyak memberi penjelasan mengenai hiperaktif dan terapi penangannya, pak Rahmat mengelus-elus leher dan kepala anak ane. sambil memijit dengan gerakan seperti orang sedang mengurut. “nanti jadi anak yang sehat dan pinter ya nak” Ucap pak Rahmat, dan ane mengaminkannya.
Jam sebelas malam Kami berpamitan, Pak Rahmat dan istrinya mengantar kami sampai ke mulut gerbang rumahnya. Terdengar suara anjing melolong, panjang. Entah kenapa tiba-tiba bulu kuduk ane berdiri. Kurang dari satu jam kemudian kami sudah sampai di rumah.
“Permisi ya,..” kata kami ketika masuk ke dalam rumah, seolah kami sedang melewati ‘orang-orang’ lain. Ini sudah menjadi kebiasaan kami beberapa waktu lamanya sejak banyak teror oleh hantu-hantu di rumah kami. Terbukti dengan kami lakukan ucapan permisi ini, gangguan hantu sedikit mereda. Badan kami letih, capek.
Udara yang dingin membawa kami ke dalam tidur yang lelap. Tidur dengan tanpa beban. Beberapa bulan kemudian, hari itu kami bermaksud silaturahmi sambil mengkonsultasikan perkembangan si kecil. Kami berangkat siang hari, selesai dhuhur. Sesampainya di perkampungan Pak Rahmat, rumah yang pernah kami singgahi dulu itu tak kunjung ditemukan. Kami pun mencari lagi, muter- muter lagi dan mencari persis seperti yang kami lalui malam itu. Kami juga menanyakan pada penduduk sekitar, tak ketemu juga. Lebih dari satu jam kami mencari, namun tetap tidak ketemu. Lalu kami tanyakan pada orang-orang yang tinggal persis di gang-gang yang pernah kami datangi waktu itu, tidak ada yang tahu.
“Pak Rahmat yang mana ya?”
“perasaan sini nggak ada yang namanya Pak Rahmat”
begitu rata-rata jawaban yang kami terima. Karena sudah kepalang tanggung, kami berusaha mengingat- ingat lagi. kami ikuti jejak yang masih kami ingat. –Kami berhenti di sini, belok di sana, lalu ke sini, ke sini, ketemu belokan lagi, dan persis di depan lapangan.– Dengan pengurutan
seperti ini seharusnya pasti ketemu. Tapi, ternyata tetap Tidak!! Rumah itu tetap tidak kami ketemukan. Yang ada di tempat itu, tempat kami menemui Pak Rahmat dan istrinya itu hanyalah RUMAH TUA dengan bagian atap rumah yang sudah tak terawat dan hampir roboh. Bahkan bagian dinding-dinding depan rumahnya sebagian sudah hancur dimakan usia. rumah itu seperti sudah puluhan tahun tidak pernah dihuni. Karena tak percaya dengan pemandangan di depan mata kami, Ane coba mengulangi lagi dari perjalanan awal, tapi ketemunya tetap Rumah tua itu. Dan, semenjak itu HP Pak Rahmat tidak pernah lagi bisa dihubungi. Kami tanyakan ke Rumah sakit tempat Pak Rahmat pernah dinas, tidak ada yang tahu alamatnya. Satu-satunya alamat, tempat yang kami datangi siang itu.

(Bersambung...)

*****


Semoga bermanfaat.

Bagikan:
F T G 0 Rate upStar


Terima kasih telah membaca Kisah Misteri - Kisah Nyata - 4 Tahun Tinggal Di Rumah Hantu Bag. 8

Tags Kisah Misteri - Kisah Nyata - 4 Tahun Tinggal Di R
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk artikel Kisah Misteri - Kisah Nyata - 4 Tahun Tinggal Di Rumah Hantu Bag. 8
Elang Dan Icha Elang Dan Icha Elang Dan Icha