Ring ring
Home
Versi Mobile
Tentang Aku
Buku Tamu
Site Map

Home »

» Naskah, Cerita Humor, Cerita Lucu, Cerpen, Carpon Bahasa Sunda, E-Book Online, Novel, Cerita Misteri, Cerita Horor, Kisah Nyata, Sejarah, Asal Usul, dll


» Hari: Sunday | Tanggal: 12/05/2024 | Jam: 07:28:55
»
» Di lihat : ( 56073 ) kali

Mohon ratingnya sobat


Kisah Misteri - Kisah Nyata - 4 Tahun Tinggal Di Rumah Hantu Bag. 9
Di tulus pada: 14 Jan 2016 - 07:58:01
Oleh : Elang

Kisah Misteri - Kisah Nyata - 4 Tahun Tinggal Di Rumah Hantu Bag. 9

Hilangnya Pak Rahmat secara di luar nalar membuat Ane penasaran. Beberapa hari kemudian Ane sengaja mendatangi lagi, mengurutkan dari awal sejak perjalanan dari rumah kami ke tempat Pak Rahmat. Rumah Pak Rahmat tetap tidak dapat ane temukan. Tidak puas dengan pencarian di rute yang sudah ada, ane menyusuri lagi jalanan di depan mata, tapi tetap nihil. Kemudian pencarian fakta ini ane lanjutkan dengan mendatangi Rumah sakit tempat dulu pertama kali kami berkonsultasi dengan Pak Rahmat.
“Alamatnya, ya kami tidak menyimpannya selain alamat itu Pak.” Kata Dokter Heny menjelaskan pada ane.
“Yang kami datangi itu tidak ada rumah lain selain Rumah tua itu Bu.” Kata Ane sedikit menekan suara untuk memberi efek penting pada kalimat yang ane sampaikan.
“Menurut Saya juga nggak jelas itu Pak Rahmat…” Kembali Dokter Heny.
“Maksudnya bagaimana Bu?” tanya Ane.
“Pak Rahmat datang sendiri ke sini, melamar sendiri untuk bekerja di Rumahsakit ini” menjelaskan, Dokter heny. “O…” Ane membentuk bulatan di mulut.
“Pak Rahmat juga berhenti dari Rumah sakit ini dengan tanpa penjelasan apa-apa.” Ane terdiam, tak mampu mencerna lebih dalam tentang apa yang sedang kami bicarakan. Ane pulang beberapa waktu kemudian. Penjelasan dari Dokter Heny cukup membuat Ane merasa tidak perlu mencari dan melacak Pak Rahmat lagi. -Pak Rahmat berhenti dengan tanpa mengajukan berhenti, tapi menghilang begitu saja Pak, tanpa pamitan-
Sepanjang perjalanan pulang, terngiang terus kata-kata Dokter Heny. Sebuah tanya yang masih belum ada penjelasan sampai sekarang. Tapi Dua kemungkinan yang bisa Ane simpulkan dari kejadian itu mengenai Pak Rahmat. Pak Rahmat itu sebenarnya bukan manusia, tapi makhluk gaib yang mungkin saja tingkatannya di dunia pergaiban sudah tinggi, atau mungkin Pak Rahmat adalah makhluk gaib yang memiliki derajat tinggi sehingga bisa menjelma dan memanifestasikan diri secara langsung, menampakkan dirinya di dunia nyata. Kemungkinan yang kedua, Pak Rahmat itu memang benar-benar ada dan beliau adalah manusia biasa, tapi orangnya mungkin sembrono dengan pergi begitu saja saat bosan dengan pekerjaan, sedangkan yang kami temui di malam itu bukan Pak Rahmat yang sebenarnya. Lalu siapakah yang kami temuai pada malam itu? Mungkin saja itu adalah jin yang memiliki misi tersendiri sehingga merasa berkepentingan dengan menampakkan dirinya kepada kami.
Sudahlah, Ane sudah suntuk dengan rutinitas kerja yang sudah memakan separuh waktu ane setiap harinya, ditambah dengan berbagai intrik. Ane tak mau lagi semakin memberati beban otak ane. Yang penting, Ane selamat, anak istri juga selamat. Anak kami sudah semakin bisa dikendalikan emosinya. Jika selama ini dia lebih sering mengusili teman-temannya, Pijar yang sekarang sudah mudah untuk dikendalikan dan mau mengerti keinginan dari orang- orang yang menyayanginya. Bulan berganti, tahun pun ikut berganti. Selamat pagi alam, selamat pagi kehidupan. Pagi yang jernih, Pagi yang suci. Matahari bersinar menyapu wajah sebuah kampung, Kampung Sindangkarsa. Udara segar yang dibawa angin padang Golf Emeralda membuat ketegangan Ane sedikit mengendur
Di sebuah pondokan beratap asbes sederhana, duduk empat orang dengan pakaian seadanya. Salah satu diantara mereka mengenakan sarung, sambil terus menghisap rokok kretek di tangannya. Hari ini hari libur, Ane bisa bebaskan sedikit beban dari rutinitas kerja. Setelah sekian lamanya waktu Ane banyak tersita oleh kekalutan dengan menurunnya penghasilan, semakin lama semakin drastis. Pak Narto memberitahu Ane, Pak Gimar sedang di pondokan. Pondokan Pemancingan Rohiman. Itulah yang menyeret langkah Ane ke pondokan sepagi ini. Laki-laki berkain sarung itu, namanya Gimar. Ane lebih sering memanggilnya dengan panggilan mBah Gimar. Bukan karena usianya yang sudah tua, tapi karena dia memiliki kelebihan yang
jarang dimiliki orang lain. Melihatnya kehadirannya ini, Ane jadi teringat betapa dulu Pak Gimar cukup tangkas dalam “mengobati” Ratih, bekas pembantu ane yang saat itu kesurupan. Kata Pak Narto, mBah Gimar baru beberapa hari ini kembali ke Cimanggis, setelah lama dia pulang ke Sumatera. “Bagaimana kondisi rumah Bapak sekarang?” Tanya pak Gimar, sambil matanya menatap Ane. yang lain terdiam, asyik menikmati hidangan singkong goreng dari pak Narto. Ane tidak langsung menjawab. Ane tergoda untuk menjajal sejauh mana Pak Gimar menebak suatu keadaan.
“Kelihatannya bagaimana Pak?” tanya ane kemudian.
“Banyak lagi sekarang penghuninya ya?” kata Pak Gimar, balik bertanya.
Akhirnya Ane ceritakan kejadian-kejadian penting setelah kepergian Pak Gimar.
Pak Gimar antusias mendengarkan setiap kata demi kata yang ane ucapkan. Kadang kepalanya menggeleng, kadang manggut- manggut. dari air mukanya kelihatan seolah sedang menerawang sesuatu.
“Bahkan HP Saya, dua-duanya hilang Pak, sampai sekarang tidak
kembali!”Kata Ane mengakhiri penjelasan seputar kejadian- kejadian yang pernah muncul di rumah hantu.
“HP-hp itu sudah tidak bakal ketemu, tidak bakal kembali lagi.” Kata pak Gimar mendesis
“Tolong diambilkan deh Pak, Pak Gimar kan bisa menembus Gaib…” kata Ane berharap.
“Tidak bisa Pak, karena HP itu sudah menjadi Mahar” jawab pak Gimar, tegas.
“Mahar bagaimana pak?” tanya ane, tak mengerti. Pak Gimar mematikan rokoknya yang tinggal sejengkal, kemudian menyalakan lagi rokok yang baru. sejurus kemudian dia berkata. “HP-hp itu diambil karena dipandang sebagai mahar Bapak”
Ane semakin tidak mengerti dengan pembicaraan Pak Gimar tentang mahar ini. “Begini ya Pak, dari berpuluh gaib di rumah itu, ada salah satu yang berwujud perempuan cantik.”
“Perempuan cantik?”
“Iya”
“Lalu bagaimana Pak?”
“Dia cinta sama Bapak dan menikah.” “Menikah???” “Menikah Bagaimana Pak? tolong jangan ngacau dong Pak”
“Dia sudah menikah dengan Bapak”
Bulu kuduk ane langsung meremang. Tak pernah terfikirkan ucapan seperti itu akan keluar dari mulut seorang Gimar. “Saya tidak pernah pacaran atau ketemu dengan makhluk halus yang Bapak maksud, apalagi sampai menikah?” Tanya Ane lagi, sambil menahan galau di hati. “Itu oleh makhluk gaib bisa dikatakan menikah secara batin. Maka dari itulah kita

(Bersambung...)

*****


Semoga bermanfaat.

Bagikan:
F T G 0 Rate upStar


Terima kasih telah membaca Kisah Misteri - Kisah Nyata - 4 Tahun Tinggal Di Rumah Hantu Bag. 9

Tags Kisah Misteri - Kisah Nyata - 4 Tahun Tinggal Di R
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk artikel Kisah Misteri - Kisah Nyata - 4 Tahun Tinggal Di Rumah Hantu Bag. 9
Elang Dan Icha Elang Dan Icha Elang Dan Icha